Tentang Mekatronika

Minggu, 26 Oktober 2008

DIODA

Di dalam bahan semikonduktor tipe-n, elektron merupakan majority carrier dan hole merupakan minority carrier.

Di dalam bahan semikonduktor tipe-p, hole merupakan majority carrier dan elektron merupakan minority carrier.

Dioda semikonduktor dibuat dengan menyambung dua jenis semikonduktor (dari bahan yang sama, Ge atau Si)


Segera setelah kedua jenis bahan semikonduktor di atas disambung, pada bagian sambungan akan terbentuk daerah "nir carrier".


Analisis : tanpa bias (no bias, VD = 0 V) bias maju (forward bias, VD > 0 V) bias mundur (reverse bias, VD <>Tanpa Bias (No Bias, VD = 0 V)

Keterangan : ⊕ adalah atom pentavalen yang kehilangan satu elektron sehingga berubah menjadi ion + ⊕ adalah atom trivalen yang kehilangan satu hole sehingga berubah menjadi ion - - Sesaat sesudah terbentuk sambungan-pn (pn junction), majority carrier dari bahan tipe-n (elektron bebas) akan menyeberang ke bahan tipe-p. Elektron bebas ini ditangkap oleh atom trivalen (kontributor hole pada ikatan kovalen) dan elektron ini digunakan untuk menutupi hole pada ikatan kovalen. Akibatnya sejumlah atom trivalen di sekitar pn junction di bahan tipe-p berubah menjadi ion negatif. - Kondisi sebaliknya terjadi pada bahan tipe-p.
- Pasangan ion negatif dan ion positif yang terbentuk di sekitar junction disebut dipole.
- Peningkatan jumlah dipole di sekitar junction menimbulkan satu area yang terbebas dari carrier apapun. Area ini dinamakan depletion region.
- Pasangan-pasangan dipole yang terbentuk di sekitar junction menimbulkan potential barrier yang semakin membesar. Pembentukan dipole akan terhenti ketika carrier tidak dapat lagi menembus potential barrier yang terbentuk.
- Pada suhu kamar (300°K), potential barrier untuk germanium adalah 0,3 V, sementara untuk silikon 0,7 V.


Bias Maju (Forward Bias, VD > 0)

- Potensial luar dari sumber tegangan memberikan gaya tarik terhadap elektron dan hole, sehingga elektron dan hole pada dipole bergerak mengarah ke sumber tegangan. Akibatnya depletion region menyusut. Hal ini membuka kembali kemungkinan bagi carrier untuk menyeberangi junction, dan bergerak mengelilingi rangkaian. Pada rangkaian timbul arus listrik.
- Hal di atas hanya bisa terjadi jika tegangan luar lebih besar dari potential barrier.

Bias Mundur (Reverse Bias, VD <>

- Potensial luar dari sumber tegangan memberikan gaya tolak terhadap elektron dan hole, sehingga elektron dan hole pada dipole bergerak menjauhi sumber tegangan. Akibatnya depletion region melebar dan potential barrier meningkat.

Hukum Junction
Telah dibahas bahwa bias maju akan menurunkan barrier potensial, sehingga lebih banyak carrier yang dapat melewati sambungan. Berarti pn(0), jumlah carrier positif pada sambungan, merupakan fungsi dari V.

Persamaan (3.4) yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi hole di sambungan junction, pada bagian-n, terhadap konsentrasi carrier minoritas yang jauh dari sambungan, di bawah pengaruh tegangan V, disebut hukum junction. Persamaan yang sama dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi elektron di daerah p, dengan mengganti p dengan n.





Read more

Kamis, 28 Februari 2008

Jurusan / Program Studi di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung

Seluruh Jurusan Telah Terakredetasi A

1. JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR

Program Studi

1.1 Teknik PEMELIHARAAN MESIN (D3AT)

Kompeten dalam perawatan (preventive maintenance) dan perbaikan mesin produksi

1.2 Teknik PEMBUATAN PERKAKAS PRESISI (D3AT)

Kompeten dalam pembuatan perkakas presisi

1.3 Teknik MEKANIK UMUM (D3KT)

Selain kompeten dalam perawatan (Preventive maintenance) dan perbaikan mesin produksi juga dapat menjadi pelatih (trainer) di Industri

2. JURUSAN TEKNIK PERANCANGAN MANUFAKTUR

Program Studi

2.1 Teknik PERANCANGAN PERKAKAS PRESISI (D3AT)

Kompeten dalam perancangan perkakas presisi

2.2 Teknik PERANCANGAN MEKANIK UMUM (D3KT)

Selain kompeten dalam perancangan peralatan mekanik umum juga dapat menjadi pelatih (trainer) di Industri

3. JURUSAN TEKNIK PENGECORAN LOGAM

Program Studi

3.1 Teknik PENGECORAN LOGAM (D3AT)

Kompeten dalam merancang dan membuat pola dan produk pengecoran benda tuangan

4. JURUSAN TEKNIK OTOMASI MANUFAKTUR & MEKATRONIKA

Program Studi

4.1 Teknik MEKATRONIKA (D3AT / D3KT)

Kompeten dalam perancangan, penanganan dan pemeliharaan peralatan otomatis dan kontrol

Read more

Sejarah Singkat POLMAN Negeri Bandung






Sejarah Singkat Politeknik Manufaktur Negeri Bandung


Politeknik sebagai salah satu bentuk pendidikan tinggi di Indonesia
diselenggarakan berdasarkan perjanjian kerjasama antara
Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah
Konfederasi Swiss yang ditandatangani pada tanggal 6 Desember 1973
oleh Menteri Luar Negeri R.I. Bpk. Adam Malik dan
Duta Besar Swiss Mr. Dr. Max Feller
. Salah satu hasil
dari perjanjian kerjasama ini adalah pendirian
Politeknik Mekanik Swiss - Institut Teknologi Bandung.

Tujuan dari pendirian Politeknik Mekanik Swiss
adalah untuk mendukung perkembangan teknologi industri di Indonesia
melalui pendidikan teknik. Program pendidikan politeknik yang dilaksanakan
pada saat itu menekankan pada peningkatan kemampuan dan penerapan
teknologi industri dibidang-bidang pembuatan perkakas presisi,
perawatan mesin produksi, dan perancangan mekanik.
Untuk pelaksanaan program pendidikan, pihak Swiss
mengadakan bahan pengajaran dan peralatan praktik,
membangun bengkel dan membayar tenaga ahli.
Sedangkan pihak Indonesia membangun gedung kuliah,
administrasi, dan fasilitas penunjang lain, serta menyediakan
biaya operasional pendidikan. Untuk itu pemerintah konfederasi Swiss
menunjuk Swisscontact ( Yayasan Bantuan Teknik Swiss )
sebagai pelaksana proyek dari pihak Swiss, dan pemerintah Indonesia
mempercayakan Institut Teknologi Bandung sebagai pelaksana
dari pihak Indonesia.


Pada tahun 1975 pembangunan kampus Politeknik Mekanik Swiss dimulai,
bertempat di Komplek Kanayakan ( Jl. Ir. H. Juanda ).
Sebagai politeknik pertama di Indonesia, dan satu-satunya pada saat itu,
Politeknik Mekanik Swiss kemudian menjadi pilot project bagi
pendirian politeknik lain di seluruh Indonesia.




Politeknik Mekanik Swiss memulai program pendidikannya
pada bulan Januari 1976 dan peresmiannya secara formal
dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 1977 oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. pada saat itu,
Bpk. Sjarif Thajeb
. Karena hasil dan prestasi yang dicapai
sesuai dengan tujuan pendidikan profesional yang diharapkan untuk
menghasilkan tenaga-tenaga ahli yang terampil dan berkualitas,
proyek politeknik ini kemudian dilanjutkan dengan pendirian 6 ( enam )
politeknik baru di seluruh Indonesia dan sebuah Pusat Pengembangan
Pendidikan Politeknik ( Polytechnic Education Development Center/ PEDC )
melalui bantuan Bank Dunia ( World Bank ).

Mengikuti ketentuan pemerintah dan mengingat tujuan
pendidikan politeknik untuk menunjang industri manufaktur,
pada tanggal 6 Juni 1991 Politeknik Mekanik Swiss
mengubah nama menjadi Politeknik Manufaktur Bandung
yang memiliki visi untuk menjadi ujung tombak pendidikan dan
penerapan teknologi manufaktur di Indonesia. Pada masa
awal pendiriannya, Politeknik Manufaktur Bandung
( Politeknik Mekanik Swiss ) menyelenggarakan
Program Studi Teknik Mekanik dengan spesialisasi
Teknik Pembuatan Perkakas Presisi dan Teknik Perawatan Mesin.
Jumlah penerimaan mahasiswa pada saat itu adalah 52 orang per angkatan.
Dengan tuntutan dan kemajuan teknologi industri yang semakin pesat,
Politeknik Manufaktur Bandung memperluas penyelenggaraan pendidikan
dengan membuka beberapa program studi baru seperti :
  • Teknik Gambar dan Perancangan Mekanik ( 1980 ),
  • Teknik Pola Pengecoran Logam ( 1987 ),
  • Teknik Pengecoran Logam ( 1988 ),
  • Teknik Otomasi Manufaktur dan Mekatronika ( 1995 ).
  • Sejak september 2002 POLMAN Bandung menambah penerimaan
    jumlah siswa sebanyak 24 orang di jurusan teknik manufaktur dan 24 orang
    di jurusan teknik otomasi manufaktur dan mekatronika melalui kerjasama
    dengan P3TKIM di Bandung.

    Tahapan Pencapaian POLMAN-Bandung

    Desember1973
    Penandatanganan perjanjian kerjasama antara pemerintah Konfederasi Swiss
    dengan pemerintah Republik Indonesia tentang pendirian
    Politeknik Mekanis Swiss-ITB, yang kemudian disingkat PMS-ITB.

    1975
    Pembangunan kampus PMS - ITB, bertempat di komplek
    Kanayakan Dago (JL.IR.H.Juanda),Bandung.

    Januari 1976
    Mulai Pendidikan Program Diploma dengan 3 (Tiga)Program Studi,
    yaitu Teknik Pembuatan Perkakas Presisi,Teknik Pemeliharaan Mesin,
    dan Teknik Gambar dan Perancang

    24 Maret 1977
    Peresmian Politehnik Mekanik Swiss - ITB oleh Mentri Pendidikan &
    Kebudayaan RI yang saat itu adalah Bapak Sjarif Thajeb.
    Tanggal ini di tetapkan sebagai tanggal Dies Natalis PMS - ITB.

    Desember 1978
    Lulusan angkatan pertama PMS - ITB

    September 1980
    Mengembangkan Program Studi Teknik Gambar dan Perancangan
    berkapsitas penuh satu kelas.

    Agustus 1982
    Unit Pelayanan Industri sebagai bagian tersendiri untuk menerima
    dan mengerjakan jasa produksi bagi kebutuhan industri

    1985
    Menerapkan Sistem Pembelajaran Berbasis Produksi (Production Based Learning - PBL)

    1987
    Membuka Program Studi Teknik Pola Pengecoran Logam

    1991
    Menerapkan Sistem Pembelajaran 3-2-1 Kooperatif, disamping PBL.

    Juni 1991
    Politeknik Mekanik Swiss - ITB berubah nama menjadi
    Politeknik Manufaktur Bandung - ITB disingkat POLMAN - ITB.

    1994
    Berakhir MOU Proyek Politeknik antara Pemerintah Konfederasi Swiss
    dengan Pemerintah Republik Indonesia.

    1995
    Membuka Program Studi baru, Teknik Otomasi Manufaktur & Mekatronika

    Oktober 1996
    Restruksisasi Organisasi POLMAN-ITB.

    1998
    Kemandirian POLMAN-ITB, menjadi lembaga pendidikan politeknik yang
    mandiri dengan nama Politeknik Manufaktur Negeri Bandung
    disingkat POLMAN-Bandung atau POLMAN.

    2002
  • Semua program studi yang terdiri dari Teknik Manufaktur, Teknik Perancangan Manufaktur,
    Teknik Pengecoran Logam, dan Teknik Otomasi Manufaktur & Mekatronika masing-masing meraih akreditasi "A" dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.

  • Bergabung dalam aliansi Indonesian-German Institute (IGI).


  • 2003
    Menetapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 pada 2 (dua) bidang :

    1. Higher Education Services dengan Nomor Sertifikat 2032807 berlaku dari 11 April 2003 - 11 april 2006.
    2. Design & Manufacturing of Metal Casting Products, Precision Tooling, Production Machines & System Control dengan nomor sertifikat 2032845 berlaku dari 11 April 2003 - 11 April 2006.

    2004
    Mendirikan Unit Inkubator Bisnis.
    2006
    Kerjasama dengan Norma BV Hengelo, Belanda, untuk pengembangan dan peningkatan permesinan presisi tinggi (precision amchining).

    Read more

    Rabu, 27 Februari 2008

    DARK ACTIVATED

    Relay, Dark Activated

    Parts List:

    Resistors are 1/4 Watt, 5%

    R1,R3 = 1K5
    R2 = 6K8
    R4 = 3K3
    Rx = 1K-10K (see text)
    P1 = 20K, trimmer pot
    LDR1 = Light Depending Resistor
    Q1,Q2 = PN200, 2N3906, NTE159, 2N4403, etc.
    Q3 = 2N3053, 2N2219, 2N699, NTE128, etc.
    D1 = 1N4001
    Ry1 = Relay, 9-12V
    Notes:
    This circuit switches a relay at dark via a Light Dependent Resistor or LDR for short.
    The applications are numerous. In my application, it switches on a light with an older type movement sensor and is mounted on the top corner of my workshop with the LDR facing upwards. The Dark Activated Relay prevents that the light is triggered during daylight hours. But, it can also be used to switch led-beacon lights for your driveway, or whatever.

    The LDR, Rx, and P1 are connected in series to accommodate different ambient/dark levels. Q1 and Q2 are wired as a trigger flip-flop; when Q1 is on, Q2 is off and vice-versa. R1 gives some positive feedback to the emitters of Q1 and Q2. The resistance of the LDR during daylight is much higher then the 20K trimmer and Rx and will produce a voltage at Q1 higher than the base voltage of Q2 which will activate the relay. The type I used myself is a Potter&Brumfield relay, 12V/10A, model T7NS5D1-12, and cost only a couple bucks. As a power source I use a 12 volt/500mA adapter.

    For Rx I used a 10K resistor to accommodate the LDR type I'm using. It may not be needed for your own scenario and in that case use a 1K resistor for Rx.
    The current draw during off-state (daylight) is about 3mA standby-current, draw during dark is only 130mA, depending on your selection of Ry1, and semiconductors.



    Read more

    Minggu, 24 Februari 2008

    AVOIDER ROBOT

    Robot Penghindar Halangan

    Topik yang dibuat berbasis mikrokontroler keluarga MCS-51, dalam hal pembuat menggunakan AT89S51 buatan ATMEL. Kelebihan tipe 89SXX daripada pendahulunya 8031/51 yaitu didalam chip sudah terdapat Flash Memory yang dapat diprogram sebesar 4Kbytes, 128 x 8 bit RAM internal. Jadi dengan menggunakan mikro tipe ini akan didapat desain yang cukup kompak dan pemrogramannya relatif lebih mudah. Desain yang dibuat terdiri dari beberapa bagian yaitu:

    1. Modul Mikrokontroler 89S51 + Regulator.
    2. Modul Penggerak Motor DC.
    3. Modul Penggerak Motor Stepper.
    4. Modul Transceiver Infra Red + Pendeteksi Benturan Samping (Limit Switch).
    5. Modul Penyuara.

    Gambar 1. Robot Penghindar Halangan

    Penjelasan Modul

    1. Modul Mikrokontroler AT89SXX + Regulator.

    Berikut contoh skematik dari modul tersebut. Komponen Modul Mikrokontroler 89CXX

    1. Pasif : Resistor 8K2 W, array 10K W 9 pin, Crystal 12 MHz, kapasitor 30 pF, 10uF, 100 uF, 1000uF, switch.

    2. Semikonduktor : AT89S51, LM7805.

    3. Battery charger 9 VoltDC 700mAH

    Modul yang ditunjukkan pada gambar 2 berfungsi mengendalikan seluruh proses pekerjaan sistem robot ini dengan cara penanaman instruksi dalam Flash PEROM didalam chip 89S51. Bahasa yang dipergunakan adalah assembler, bahasa C dengan bantuan Compiler C (Franklin C, Keil C, SDCC atau yang lain). Baterai menggunakan baterai yang dapat diisi ulang sebesar 700mAH dengan asumsi bila sistem memakai arus 0,75 A akan dapat bertahan selama satu jam. LM7805 digunakan untuk meregulasi tegangan dan arus dari baterai sekaligus menyesuaikan level tegangan chip 89S51 serta piranti lain yang akan dipaparkan selanjutnya.

    Gambar 2. Modul Mikrokontroler AT89S51

    2. Modul Penggerak Motor DC

    Komponen Modul Penggerak Motor DC

    1. Pasif : Resistor 1 ohm 5 watt untuk pembatas arus dan sensing arus.
    2. Semikonduktor : IC Driver Motor L298 buatan ST Microelectronic
    3. 2 buah motor DC 9 Volt 2400 RPM dengan pengurang kecepatan dan penguat torsi

    Gambar 3. Modul Penggerak Motor DC

    Modul ini menggunakan IC driver L298 yang memiliki kemampuan menggerakkan motor DC sampai arus 2A dan tegangan maksimum 40 VoltDC untuk satu kanalnya. Pin Enable A dan B untuk mengendalikan jalan atau kecepatan motor, pin Input 1 sampai 4 untuk mengendalikan arah putaran. Pin Enable diberi VCC 5 Volt untuk kecepatan penuh dan PWM (Pulse Width Modulation) untuk kecepatan rotasi yang bervariasi tergantung dari level highnya. Ilustrasinya ditunjukkan pada gambar 4.

    Gambar 4. Ilustrasi Pulse Width Modulation

    Dari gambar 4 dapat dijelaskan jika dikehendaki kecepatan penuh maka diberikan 5 Volt konstan, jika dikehendaki kecepatan bervariasi maka diberikan pulsa yang lebar high dan low-nya bervariasi. Satu periode pulsa memiliki waktu yang sama sehingga dalam contoh diatas, kecepatan motor akan berubah dari setengah kecepatan penuh menjadi mendekati kecepatan penuh. Biasanya digunakan lebar pulsa dalam beberapa milisekon misalnya 2 ms. Input untuk motor servo kanan adalah input 1 (C) dan 2 (D), direction-nya dapat dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1. Pengaturan IC driver motor

    Berikut didalam IC L298 mengapa pengendaliannya sesuai dengan tabel 1.

    Gambar 5. Ilustrasi Pengendalian Motor didalam IC Driver Motor

    Didalam chip L298, untuk mengendalikan arah putaran motor digunakan metode bridge-H dari kombinasi transistor, jadi dengan metode demikian arus yang mengalir kemotor polaritasnya dapat diatur dengan memberikan logika ke transistor Q1 sampai Q4. Pengaturannya seperti tabel kebenaran disamping gambar 5. Kondisi high untuk semua input tidak diijinkan sebab akan mengakibatkan semua transistor aktif dan akan merusakkan transistor karena secara otomatis arus dari kolektor Q1 dan Q2 langsung mengalir ke Q2 san Q3 sehingga arus sangat besar tanpa melalui beban motor DC.

    Berikut contoh penggalan pengendalian motor dengan bahasa assembly (contoh robot akan berjalan kedepan X meter)

    subrutin-1

    Delay diatas menggunakan fasilitas timer dalam chip 89C51. Untuk lamanya delay dapat divariasikan sendiri dengan proses looping atau perulangan. Jika dikehendaki robot berputar sesuai porosnya maka dapat dicoba penggalan source code sebagai berikut:

    Subrutin-2

    Fungsi Rsense1 dan 2 adalah untuk monitor arus jika diperlukan keperluan umpan balik untuk kestabilan system, contoh menjaga kestabilan putaran motor dengan memberikan umpan balik negatif arus ke pengendali mikro, dapat dengan ADC sebagai interface-nya.

    3. Modul Penggerak Motor Stepper

    Komponen Modul Penggerak Motor Stepper

    1. Pasif : Resistor 1K, 12K
    2. Semikonduktor : Transistor 2SD313 + heatsink
    3. Motor Stepper

    Motor stepper yang kami gunakan adalah motor stepper yang ada dalam floppy disk drives yang sudah jarang dipakai lagi (ukuran 5¼ inch). Berikut skematik diagram penggerak motor stepper:

    Gambar 6. Motor stepper dan penggeraknya

    Untuk menggerakkan motor stepper masing-masing titik kumparan harus diberikan arus secara bervariasi, pada contoh diatas, titik A, B, C dan D diatur seperti pada contoh penggalan source code dibawah ini.

    subrutin-3

    Urutan data untuk putar kiri adalah 1000-0100-0010-0001, sehingga untuk putar kanan adalah sebaliknya yaitu 0001-0010-0100-1000. Delay tengok diatur kira-kira sebesar 5-20 msekon. Digunakan transistor adalah untuk interface antara mikro dan stepper, arus dari mikro tak akan sanggup langsung mengendalikan motor stepper. Transistor yang digunakan adalah transistor yang cocok untuk penguat daya menengah dengan bandwidth yang cukup lebar (2SD313). Melalui pengukuran diketahui tiap step dari stepper terhadap common mempunyai nilai hambatan sebesar 68 ohm, sehingga jika sumber tegangan diberi 5 voltDC maka nilai arus yang mengalir ke tiap step dengan mengasumsikan transistor saturasi adalah I = V/R = 5 V / 68 ohm = 73 mA.

    4. Modul Transceiver Infra Red + Pendeteksi Benturan Samping (Limit Switch).

    Modul Transmitter

    Cara kerja IR transmitter dapat dilihat dari timing diagram dibawah ini : Sinyal IR disetting sebesar 30 - 50 KHz, sinyal data kita pakai untuk mengendalikan ada atau tidaknya pancaran sinyal infra merah. Jadi data dan sinyal infra merah yang akan dipancarkan perlu dimodulator terlebih dahulu. Maksud dari frekuensi kerja IR Led adalah supaya pancarannya dapat jauh dan kurang terpengaruh noise dari luar.

    Gambar 7. Ilustrasi Komunikasi Data Sinyal Infra Merah

    Gambar 8. Untai Penghasil Osilasi 30 -40 kHz dan Modulator

    Modul Receiver Infra Merah

    Di bawah ini adalah gambar untai dari penerima infra merah yang dapat menangkap sinyal IR dengan frekuensi 30 - 50 KHz. Setelah diterima dalam bentuk pulsa maka diubah menjadi tegangan DC rata-ratanya yang kemudian akan dimasukkan ke komparator tegangan LM324. Out Receiver adalah active low yaitu bila ada sinyal IR hasil pantulan yang tertangkap cukup kuat akan membuat output opamp menjadi low. Cara selain ini juga dapat digunakan, untuk hasil yang lebih tepat dengan cara menghitung jumlah pulsa yang tertangkap di receiver. Untai yang sudah direalisasikan dapat mengindera sinar Infra Merah dengan jarak 0 hingga 15 meter, dengan menyetel amplitudo dari keluaran pulsa dari modulasi (penggabungan ) sinyal carrier dengan data. Receiver yang pernah dicoba adalah sensor receiver Infra Merah untuk VCD player yang sudah memiliki keluaran dengan level TTL ( +5 V dan 0 V).

    Gambar 9. Modul Infra Merah dan Komparator

    Modul Limit Switch

    Untuk untai pendeteksi benturan kanan dan kiri digunakan limit switch seperti gambar dibawah ini.

    Gambar 10. Untai pendeteksi halangan di depan dan samping

    Untuk mengenali kanan atau kiri maka dari kedua switch diumpankan lagi ke port mikrokontroler. Output dari gerbang AND untuk limit switch diumpankan lagi ke gerbang AND untuk dibandingkan logikanya dengan output receiver, dan hasil akhirnya diumpankan ke Port3.2 sebagai tanda ada halangan. Jika ada halangan didepan maka mikro segera memerintahkan untuk menyimpan data halangan di kanan, kiri dan depan, yang kemudian disimpan di memori, contoh penggalan source code-nya sebagai berikut: (mikro memerintahkan juga motor stepper untuk bergerak dengan 180 derajat kebebasan).

    subrutin-4

    5. Modul Penyuara

    Untuk modul penyuara ini hanyalah tambahan fitur. Kami gunakan untuk memberikan sinyal ketika ada halangan, ada benturan kanan-kiri dan tanda bahwa semua arah sudah tertutup bagi robot (robot tidak bisa menemukan jalan keluar). Digunakan interrupt timer supaya proses bunyi dan proses sistem dapat berjalan bersamaan. Gambar untainya :

    Gambar 11. Modul penyuara

    Kegunaan 74LS04 adalah untuk buffer arus ke speaker karena bila langsung ke mikro maka arus dari mikro akan drop (jatuh) akibat beban yang besar (speaker). Penggalan source code untuk membunyikan speaker:

    subrutin-5

    Untuk modul yang lain dapat ditambahkan sendiri misalnya modul sensor pendeteksi panas, pencari cahaya, pencari sumber suara, pengikut lintasan, pendeteksi arah gelombang RF yang terkuat dan lain sebagainya. Untuk proses berjalannya robot tergantung dari kreatifitas perancang, untuk itu kami tidak mencantumkan lengkap source code-nya, tetapi kami akan berikan contoh flowchart jalannya robot.

    Gambar 12. Flowchart Sistem Robot Avoider

    KESIMPULAN

    Sistem robot yang dibangun cukup sederhana tetapi cukup menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Sistem robot ini sangat berguna dan banyak kita jumpai di industri. Sebagai contoh, conveyor di sebuah pabrik mie instant adalah salah satu contoh bentuk robot industri yang populer. Ilmu robotika merupakan gabungan dari teknologi mekanik presisi, perangkat keras elektronika dan komputer, perangkat lunak, sistem penginderaan atau sensor, dan dapat dikatakan merupakan gabungan dari banyak ilmu elektronika dan komputer, serta mesin. Atau lebih tepatnya dapat disebut Mekatronika.

    REFERENSI

    [1] Miller, Merl K. ; Winkless, Nelson ; Bosworth, Joe, The Personal Robot Navigator, Robot Press, Conifier, Colorado. Printed in United States of America. 1998.

    [2] MacKenzie, I. Scott, The 8051 Microcontroller, Prentice Hall. 1995.


    Source : elektronicLab

    Read more

    RECTIFIER AC TO DC (PENYEARAH AC KE DC)

    PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG (HALF WAVE)


    gambar 1 : rangkaian penyearah setengah gelombang

    Analisa Rangkaian

    Input pada rangkaian tersebut adalah arus bolak balik (Alternating Current). Dan dihasilkan output arus searah (Direct Current), karena hanya menggunakan 1 buah dioda. Dioda tersebut berfungsi sebagai penyearah. Saat siklus positif (aliran tegangan positif) arus dapat melewati dioda (diteruskan ke R1), sehingga gelombang pada siklus positif keluar sebagai output. Namun saat siklus negatif, arus tidak mengalir, karena terhalang dioda. Oleh karena itu outputnya bernilai nol. Siklus positif dan negatif berlangsung secara terus menerus, sehingga didapat bentuk gelombang keluaran berupa bukit tanpa lembah. Selang antar bukit itulah jeda yang disebabkan siklus negatif tidak dapat mengalir karena adanya dioda, sehingga gelombang keluaran hanya setengah gelombang. Oleh karena itulah, rangkaian di atas disebut rangkaian penyearah setengah gelombang. (frekwensi input = 2 x frekwensi output)


    PENYEARAH GELOMBANG PENUH (FULL WAVE) DENGAN TRANSFORMATOR CENTRE TAP (CT)

    gambar 2 : rangkaian penyearah gelombang penuh

    Analisa Rangkaian

    Adanya 2 dioda menyebabkan CT menjadi common ground. Siklus dari CT tidak mengalir karena terhalang oleh kedua dioda. Sedangkan dua siklus yang lainnya diteruskan ke Resistor 1 dengan arah yang sama. Sehingga, gelombang keluaran semuanya berupa bukit (input berupa gelombang sinusoidal / AC). Oleh karena itu, rangkaian diatas dinamakan penyearah gelombang penuh dengan Transformator Centre Tap. Karena, rangkaian pertama di atas pun dapat menjadi penyearah gelombang penuh, dengan menggunakan 4 buah dioda.

    Walaupun aotputnya sudah berupa DC, namun keluarannya belum efektif, karena tegangan ripplenya masih cukup besar. (pada gambar 4 di bawah dapat dilihat Vr/tegangan ripple yang lebih efektif dari tegangan di atas.)

    PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG DENGAN FILTER KAPASITOR


    gambar 3 : rangkaian penyearah setengah gelombang dengah filter C


    Analisis Rangkaian

    Yang membedakan rangkaian gambar 3 dengan gambar 1 adalah adanya capasitor sebagai filter. Saat siklus positif, capasitor melakukan pengisian bersamaan dengan terjadinya output siklus positif. Dan saat siklus negatif kapasitor melakukan pembuangan karena siklus negatif tidak mengalir. Sehingga jarak antar bukit pada rangkaian ini dihubungkan oleh garis miring/ kurva b-c yang merupakan hasil pembuangan kapasitor (tegangan capasitor). Adanya filter inilah yang membuat tegangan keluaran lebih efektif karena tegangan ripple yang kecil. Tegangan ripple secara matematis dapat dihitung dengan rumus :

    Vr = VM -VL …....... (1)

    gambar 4 : bentuk gelombang dengan filter kapasitor

    PENYEARAH GELOMBANG PENUH DENGAN FILTER C


    gambar 5 : rangkaian penyearah gelombang penuh dengan filter C

    Analisis Rangkaian
    Berbeda dengan penyearah gelombang penuh dengan menggunakan Transformator CT. Pada rangkaian kali ini menggunakan transformator tanpa CT, dengan penyearah 4 buah dioda. Silahkan ikuti alur dari masing-masing siklus. Keduanya akan masuk keluar dengan arah yang sama dan berakhir di lawan potensialnya. Sehingga bentuk gelombang keluaran semuanya berupa bukit (tegangan positif). Dan adanya kapasitor membuat tegangan ripple kecil. Kapasitor melakukan pembuangan saat terjadi pergantian siklus. Dan melakukan pengisian saat arus dari kedua potensial yang disearahkan tersebut mengalirinya. Untuk mendapatkan tegangan output yang lebih efektip anda dapat menggunakan filter phi. Yaitu dengan menambah satu kapasitor lagi (dipasang paralel, agar nilai kapasitansi bertambah, sehingga waktu buang semakin lama dan gelombang pun akan nyaris lurus), dan satu induktor. Dari hasil percobaan yang saya lakukan. Nilai R1 pun mempengaruhi keefektifan tegangan output. Dari percobaan, R1 yang bernilai 1,5 KOhm menghasilkan gelombang keluaran yang lebih efektif (gelombang nyaris lurus) , dibandingkan dengan menggunakan R1 yang bernilai 100 Ohm.

    Bandung, 25 Februari 2008
    Ajie Jamaludin
    Mechatronics Engineering
    Read more

    Selasa, 05 Februari 2008

    PROGRAM DATA NILAI MAHASISWA

    {****************************************************************************
    PROGRAM DAFTAR NILAI MAHASISWA
    LATIHAN MENGGUNAKAN ARRAY
    *****************************************************************************}
    PROGRAM DAFTAR_NILAI_MAHASISWA;
    USES CRT;

    CONST GRS='------------------------------------------------------------------------------';

    TYPE TABEL=ARRAY[1..24]OF REAL;
    TABLE=ARRAY[1..24]OF STRING;
    TAB=ARRAY[1..24]OF LONGINT;
    VAR CON:STRING[1];
    NM,KET:TABLE;
    NIM:TAB;
    UTS,UAS,HSL:TABEL;
    Z: INTEGER;
    JML: INTEGER;

    {*****************************************************************************
    PROCEDURE UNTUK TAMPILAN HEADER. BERUPA INFORMASI TENTANG NAMA PROGRAM DAN
    INFORMASI LAINNYA
    *****************************************************************************}
    PROCEDURE HEADER;
    BEGIN
    CLRSCR;
    TEXTCOLOR(GREEN);
    GOTOXY(26,2);WRITELN('PROGRAM DATA NILAI MAHASISWA');
    GOTOXY(29,3);WRITELN('MADE BY AJIE JAMALUDIN');
    GOTOXY(19,4);WRITELN('TEKNIK OTOMASI MANUFAKTUR DAN MEKATRONIKA');
    GOTOXY(22,5);WRITELN('POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG');
    WRITELN('================================================================================');
    TEXTCOLOR(18);GOTOXY(29,23);WRITELN('FULL SCREEN : ALT+ENTER'); TEXTCOLOR(GREEN);
    END;
    {*****************************************************************************
    PROCEDURE UNTUK MENAMPILKAN FIELD-FIELD UNTUK MEMASUKKAN DATA
    *****************************************************************************}
    PROCEDURE INPUT_DATA;
    BEGIN
    CLRSCR;
    HEADER;
    GOTOXY(15,10);WRITELN('NO : ', Z);
    GOTOXY(15,11);WRITELN('NAMA : ');GOTOXY(30,11);READLN(NM[Z]);
    GOTOXY(15,12);WRITELN('NIM : ');GOTOXY(30,12);READLN(NIM[Z]);
    GOTOXY(15,13);WRITELN('NILAI UTS : ');GOTOXY(30,13);READLN(UTS[Z]);
    GOTOXY(15,14);WRITELN('NILAI UAS : ');GOTOXY(30,14);READLN(UAS[Z]);
    END;

    {*****************************************************************************
    PERHITUNGAN
    *****************************************************************************}
    PROCEDURE PERHITUNGAN;
    BEGIN
    FOR Z:=1 TO JML DO
    BEGIN
    HSL[Z]:=(UTS[Z]+UAS[Z])*0.5;
    IF (HSL[Z]>=85) AND (HSL[Z]<100)THEN KET[Z]:='A' ELSE
    IF (HSL[Z]>=75) AND (HSL[Z]<85)THEN KET[Z]:='B' ELSE
    IF (HSL[Z]>=60) AND (HSL[Z]<75)THEN KET[Z]:='C' ELSE
    IF (HSL[Z]<60)>=0) THEN KET[Z]:='E' ELSE
    IF (HSL[Z]>100) OR (HSL[Z]<0) THEN KET[Z]:='WRONG';
    END;
    END;
    {*****************************************************************************
    PROGRAM UTAMA
    *****************************************************************************}
    BEGIN
    REPEAT
    CLRSCR;
    HEADER; GOTOXY(20,10);WRITELN('MASUKKAN JUMLAH MAHASISWA :');GOTOXY(48,10);READLN(JML);
    CLRSCR;
    BEGIN
    FOR Z:=1 TO JML DO
    INPUT_DATA;
    END;
    PERHITUNGAN;
    CLRSCR;HEADER;
    TEXTCOLOR(RED);
    GOTOXY(2,8);WRITELN(GRS);
    GOTOXY(2,9);WRITE('NO');
    GOTOXY(10,9);WRITE('NAMA');
    GOTOXY(27,9);WRITE('NIM');
    GOTOXY(37,9);WRITE('UTS');
    GOTOXY(45,9);WRITE('UAS');
    GOTOXY(52,9);WRITE('NILAI AKHIR');
    GOTOXY(69,9); WRITE('NILAI MUTU');
    GOTOXY(2,10); WRITELN(GRS);
    FOR Z:=1 TO JML DO
    BEGIN
    TEXTCOLOR(GREEN);
    GOTOXY(3,Z+10); WRITE(Z);
    GOTOXY(6,Z+10); WRITE(NM[Z]);
    GOTOXY(24,Z+10); WRITE(NIM[Z]);
    GOTOXY(36,Z+10); WRITE(UTS[Z]:0:2);
    GOTOXY(44,Z+10); WRITE(UAS[Z]:0:2);
    GOTOXY(55,Z+10); WRITE(HSL[Z]:0:2);
    GOTOXY(74,Z+10); WRITE(KET[Z]);
    END;
    TEXTCOLOR(RED);GOTOXY(2,JML+11);WRITELN(GRS);
    READLN;
    GOTOXY(41,24);READLN;
    CLRSCR; TEXTCOLOR(GREEN);GOTOXY(30,17);WRITELN('MENGULANG ? (y,t)');GOTOXY(48,17); READLN(CON);
    UNTIL (CON='t') or (CON='T');

    END.
    Read more

    LAT PASCAL, TES BERAT BADAN IDEAL

    program penguji_berat_badan_ideal;

    uses crt;

    var bb,tb:integer;

    min,max:real;

    nm,pil:string;

    begin

    repeat

    begin

    repeat

    begin

    clrscr;

    textcolor(GREEN);

    gotoxy(27,3); writeln('PENGUJI BERAT BADAN IDEAL');

    gotoxy(28,4); writeln('MADE BY: AJIE JAMALUDIN');

    gotoxy(20,5); writeln('TEKNIK OTOMASI MANUFAKTUR DAN MEKATRONIKA');

    gotoxy(23,6); writeln('POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG');

    writeln('================================================================================');

    gotoxy(7,9); textcolor(18);writeln('PROGRAM AKAN TERULANG JIKA DATA YANG DIMASUKKAN TIDAK MEMUNGKINKAN');

    gotoxy(15,8); writeln('HANYA UNTUK YANG MEMILIKI TINGGI BADAN >= 110 CM');

    gotoxy(29,25);textcolor(18); writeln('FULLSCREEN : Alt+Enter');

    gotoxy(15,11);textcolor(green); writeln('MASUKKAN NAMA ANDA : ');

    gotoxy(44,11); readln(nm);

    gotoxy(15,12); writeln('MASUKKAN BERAT BADAN ANDA : ');

    gotoxy(48,12); writeln('Kg');

    gotoxy(44,12); readln(bb);

    gotoxy(15,13); writeln('MASUKKAN TINGGI BADAN ANDA :');

    gotoxy(48,13); writeln('cm');

    gotoxy(24,25); writeln('TEKAN ENTER JIKA ENTRI DATA SELESAI');

    gotoxy(44,12); readln(tb);

    CLRSCR;

    gotoxy(27,3); writeln('PENGUJI BERAT BADAN IDEAL');

    gotoxy(28,4); writeln('MADE BY: AJIE JAMALUDIN');

    gotoxy(20,5); writeln('TEKNIK OTOMASI MANUFAKTUR DAN MEKATRONIKA');

    gotoxy(23,6); writeln('POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG');

    writeln('================================================================================');

    gotoxy(25,9); writeln('NAMA ANDA : ',nm);

    gotoxy(25,10); writeln('BERAT BADAN ANDA : ',bb); gotoxy(49,10); write('Kg');

    gotoxy(25,11); writeln('TINGGI BADAN ANDA : ',tb); gotoxy(49,11); write('cm');

    end;

    until ((tb-100)-(0.1*(tb-100))>=0) and (tb>=110);

    begin

    max:=(tb-100)+0.1*(tb-100);

    min:=(tb-100)-0.1*(tb-100);

    if bb>max

    then

    begin textcolor(red); gotoxy(20,18); writeln('Anda Kelebihan Berat Badan. Diet Donkk..');end

    else

    if bb

    else

    begin textcolor(blue); gotoxy(25,16); writeln('Selamat. Berat Badan Anda Ideal');end

    end;

    textcolor(green); gotoxy(17,19); writeln('RENTANG BERAT BADAN IDEAL ANDA ANTARA ',min:0:1);

    gotoxy(59,19); writeln(' sd ',max:0:1);

    repeat gotoxy(30,21); writeln('MENGULANG? (y,t) :');

    gotoxy(50,21); readln(pil); until (pil='t') or (pil='y');

    end;

    until (pil='t') or (pil='T');

    end.

    Read more

    LATIHAN PASCAL, MENGURUTKAN ANGKA

    PROGRAM MENGURUTKAN_ANGKA;

    USES CRT;

    VAR PIL:SHORTINT;

    Z,A,B,C,D,E,F:LONGINT;

    CON,PLH:STRING[1];

    BEGIN

    REPEAT

    CLRSCR;TEXTCOLOR(GREEN);

    GOTOXY(27,2);WRITELN('PROGRAM MENGURUTKAN ANGKA');

    GOTOXY(29,3);WRITELN('MADE BY AJIE JAMALUDIN');

    GOTOXY(19,4);WRITELN('TEKNIK OTOMASI MANUFAKTUR DAN MEKATRONIKA');

    GOTOXY(22,5);WRITELN('POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANDUNG');

    WRITELN('================================================================================');

    TEXTCOLOR(18);GOTOXY(29,23);WRITELN('FULL SCREEN : ALT+ENTER');

    TEXTCOLOR(GREEN);

    GOTOXY(18,9); WRITELN('MASUKKAN ANGKA PERTAMA : ');GOTOXY(43,9);READLN(A);

    GOTOXY(18,10);WRITELN('MASUKKAN ANGKA KEDUA : ');GOTOXY(43,10);READLN(B);

    GOTOXY(18,11);WRITELN('MASUKKAN ANGKA KETIGA : ');GOTOXY(43,11);READLN(C);

    GOTOXY(18,12);WRITELN('MASUKKAN ANGKA KEEMPAT : ');GOTOXY(43,12);READLN(D);

    GOTOXY(18,13);WRITELN('MASUKKAN ANGKA KELIMA : ');GOTOXY(43,13);READLN(E);

    BEGIN

    IF A>B THEN

    BEGIN

    Z:=A;A:=B;B:=Z;

    END;

    IF A>C THEN

    BEGIN

    Z:=A;A:=C;C:=Z;

    END;

    IF A>D THEN

    BEGIN

    Z:=A;A:=D;D:=Z;

    END;

    IF A>E THEN

    BEGIN

    Z:=A;A:=E;E:=Z;

    END;

    IF B>C THEN

    BEGIN

    Z:=B;B:=C;C:=Z;

    END;

    IF B>D THEN

    BEGIN

    Z:=B;B:=D;D:=Z;

    END;

    IF B>E THEN

    BEGIN

    Z:=B;B:=E;E:=Z;

    END;

    IF C>D THEN

    BEGIN

    Z:=C;C:=D;D:=Z;

    END;

    IF C>E THEN

    BEGIN

    Z:=C;C:=E;E:=Z;

    END;

    IF D>E THEN

    BEGIN

    Z:=D;D:=E;E:=Z;

    END;

    END;

    GOTOXY(18,15);WRITELN('KETIK 1 UNTUK URUTAN DARI KECIL KE BESAR');

    GOTOXY(18,16);WRITELN('KETIK 2 UNTUK URUTAN DARI BESAR KE KECIL');

    GOTOXY(36,17);WRITELN('( )');GOTOXY(38,17);READLN(PIL);

    BEGIN

    GOTOXY(18,15);CLREOL;GOTOXY(18,16);CLREOL;

    GOTOXY(32,17);WRITELN('URUTANNYA ADALAH');

    CASE PIL OF

    1:WRITELN(A:10,B:10,C:10,D:10,E:10);

    2:WRITELN(E:10,D:10,C:10,B:10,A:10);

    END;

    GOTOXY(41,24);READLN;

    CLRSCR; GOTOXY(30,17);WRITELN('MENGULANG ? (y,t)');GOTOXY(48,17); READLN(CON);

    END;

    UNTIL (CON='t') or (CON='T');

    END.

    Read more